Image

Nusantaride Ride & Get Warmth, Guci 22 Juni 2013

26 Jun

Berawal dari sebuah ajakan gathering atau informal meeting yang rutin diadakan oleh sahabat Nusantaride di beberapa wilayah, saya dan beberapa teman merencanakan untuk join karena ingin bertemu muka dengan sahabat2 Nusataride dari Jateng, DIY dan Jatim serta saya juga punya janji untuk bertemu dengan Om Jul setelah nggak sempat bertemu di Ciwidey beberapa waktu lalu. Pertama saya rencanakan perjalanan ini dengan Pram, lalu sambil ngobrol2 di bengkel keracunan juga dah si Uchon dari situ Pram berinisiatif bikin grup di BB Group bersama beberapa rekan di Jateng dan DIY untuk mengkoordinasikan perjalanan ini. Ngobrol ngalor ngidul akirnya ditentukan keberangkatan pada hari Jumat malam pulang kantor via Pantura tapi masih tarik2an apakah langsung ato muter lewat alternatif via subang-cikamurang-kadipaten. Tikum 1 telah ditentukan di SPBU Serpong, TIkum 2 di SPBU Kapin di Kalimalang untuk yang seputaran Jakarta dan Bekasi.

Tikum di SPBU Kapin Kalimalang

Tikum di SPBU Kapin Kalimalang

Hari Jumat sore jam 18.10 saya di di bbm Pram kalo dia udah ngetem di Tikum 1, hadeuhh mana barusan sampe kantor pulang ya udah segera mandi bebek dan prepare trus ketemuan deh dan lanjut ke Tikum 2. Kondisi jalan Ciater Raya-Ciputat-TB Simatupang dan Kalimalang, ruameee banget gegara ada antrian panjang di tiap SPBU menjelang kenaikan harga BBM. Motor banyak banget di jalan mirip pas mudik lebaran. Pram yang menggunakan sidebox Givi Trekker 33 cukup kerepotan menembus padatnya lalu lintas di malam itu dan menjelang Cawang sempet nyenggol mobil dah tu sidebox..huhuyy..udeh gak prewi ya Pram box ente wkwkwk… Kita akhirnya sampe di TIkum 2 sekitar jam 20.30 dan disana sudah menunggu Joe, Uchon, Fauzi trus menyusul Bimo Nugoho. Setelah rehidrasi dan berdiskusi sambil menunggu macet mereda diputuskan mengambil jalur alternatif via Subang-Cikamurang-Kadipaten-Palimanan trus ke Cirebon untuk menghindari macet di Ciasem-Kandanghaur-Losarang karena perbaikan jalan dan jembatan. Disitu juga diketahui kloter Bekasi 2 (Uda Tedy and the geng) tikum di Tambun dan berangkat sekitar 11 malem.

Okehhh..jam 22.00 setelah semuanya komplit kita gear up dan….macetnya masih parahh. Pelan2 mlipir kearah Tambun dan selepas Bekasi traffic mulai longgar lalu diputuskan mencari tempat makan karena Pram belum sempat makan malem. Nemu dah warung pecel lele dan disaat itu gabung om Andrie yang awalnya mau gabung di Tikum Tambun, yaudah jadi makan malem bareng. Cuaca malam itu sangat cerah dengan dilengkapi bulan, wah akan menjadi riding yang menyenangkan, batinku. Saya sendiri, Joe, Pram, Fauzi, Uchon, om Andrie dan Bimo Nugroho meluncur dengan mulus memasuki pantura. Sesampainya di Kosambi Joe mengarahkan rombongan belok ke kanan, kami di rombongan sih nurut aja, tapi di layar GPS saya kok rute yang dilalui berubah warna menjadi merah dan anehnya pengemudi kendaraan2 besar ngeliatin kita dengan aneh serta nggak ada pengendara roda dua sama sekali. Semua keanehan itu akhirnya terjawab setelah di depan kita muncul gerbang tol Kosambi ! hahahahah saya spontan ketawa ngakak ternyata itu jalan yg mengarah ke Tol Kosambi hahahahaha ya udah muter lagi dah sambil diliatin dengan pandangan2 aneh pengemudi disitu. Sekembalinya ke jalur utama ternyata di belakang persis rombongan kami nyusul rombongan Uda Tedy dari tikum Tambun yang juga berjumlah 7 motor seingat saya ada Riva, Lukman, Om Farid, Herri lainnya lupa siapa aja namanya dan karena saya berada di no 3 dari depan saya baru tau setelah suatu jalan alternatif dari Karawang menuju Purwakarta, jadi total kami ada 14 motor. Pantesan di spion panjang bener deretan lampunye.

Saya membantu navigasi Joe sebagai RC untuk melewati jalan alternatif itu, karena emang jalan kecil di pedesaan, tidak ada siapapun dari kami yang pernah lewat dan hanya mengandalkan GPS saja. Alhamdulillah, kota Purwakarta sudah sampai. Berhenti sebentar ada kabar kalau Duta sudah sampai duluan dan menunggu di SPBU di depan tempat kami beristirahat, sekalian bersalaman sama rombongannya Uda Tedy.  Saya, Fauzi dan Bimo Nugroho membahas beberapa penampakan yang dilihat sepanjang jalan. Hadoohhh…kenapa yak masih aja diliatin X_X. Sesampainya di SPBU yang dimaksud dan mau refueling ternyata udah abis, efek pemborongan sebelum kenaikan harga bensin neh dan dari GPS terlihat ada SPBU lagi kurang lebih 1 km di depan sebelah kanan jalan. Setelah membangunkan Duta, saya, Joe dan Uchon pun meluncur duluan untuk mencari SPBU dan dimaksud dan tak lama kemudian rider lain menyusul dan jumlahnya menjadi 15 motor 😀

Refueling di Campaka, Purwakarta

Refueling di Campaka, Purwakarta

Setelah refueling inilah tragedi nyasar terjadi, dari Purwakarta kami menuju Subang melewati Kalijati, jalur ini kami lewati tanpa masalah, masalahnya sesampainya di Subang kami kebingungan mencari jalur menuju Cikamurang. Ngikutin GPS sempat diarahkan ke Bandung di sebuah perempatan. Saya curiga karena di GPS kok jarak yang tersisa malah bertambah dan menunjukkan kearah Bandung dan akirnya kami memutuskan bertanya ke bapak2 dan memang itu jalur menuju Bandung. Hadoohh mungkin ini map softwarenya belum up date kali ya, kami pun memutar dan di perempatan tersebut berbelok ke kanan. Disini pun akirnya juga kebingungan lagi karena menemui persimpangan, lalu bertanya lagi ke bapak2 yang lagi begadang (kurang lebih jam 1.30 dini hari). Oleh bapak2 itu diarahkan ke jalan yang lain masuk lagi ke pinggiran kota Subang menuju Cikamurang tetapi GPS menunjukkan arah yang berlawanan, pada sebuah SPBU saya refueling lalu bertanya ke petugas dan ternyata arah tersebut malah jauh memutar dikarenakan arah ke Cikamurang melewati perkebunan karet yang gelap. Mungkin bapak2 tadi niatnya baik supaya kami tidak melewati jalur gelap tersebut karena dikawatirkan rawan. Setelah refueling kami pun mengarah kembali ke jalur yang ditunjukkan petugas SPBU, moral team sudah mulai menurun karena lelah, mengatuk dan beberapa kali salah arah. Tetapi kali ini GPS sudah menunjukkan jalur yang benar. A positive sign.

Alasan kami memutar melalui jalur tersebut sudah disebutkan diatas, namun tak lama memasuki pinggiran wilayah Cikamurang terlihat antrian kendaraan mengular, padahal ini sekitar jam 2 dinihari loh, ada apa ini? Terakir saya lewat sini lancar jaya di siang hari. Ternyata sebagian kendaran menghindari kemacetan di lintas Losarang-Ciasem dan lewat kesini jadi volume kendaran bertambah termasuk kendaraan besar seperti bis dan truk, diperparah dengan proyek betonisasi jalan yang Cuma 2 lajur itu. Jadilah antrian sepanjang berkilo kilo meter karena menggunakan sistim buka tutup. Untung motor kami dapat selap selip di bahu jalan yang berupa tanah dan kubangan, satu persatu Joe dan Uchon memandu kami yang terdiri dari 15 motor melewati trek yang sempit diantara kendaran2 besar. Keadaan ini sungguh diluar perkiraan kami karena awalnya mengira perjalanan akan lancar bukan disuguhi medan offroad diantara kendaraan besar. Tidak kebayang antrian tersebut akan berakir kapan, mungkin mereka akan sampai di tujuan sore keesokan harinya. Lepas Cikamurang kami berhenti di sebuah Masjid yang cukup besar, waktu menunjukkan sekitar jam 4 subuh. Rombongan bisa tidur sejenak dan melakukan ibadah sholat subuh setelah fisiknya terkuras karena macet sebelumnya. Ternyata rombongan 15 motor itu banyak ya hahahahha..sampe penuh parkiran masjid dan di halamanya ada warung lengkap dengan bangku dan bale2nya, jadi bisa sarapan, ngupi dan merem sebentar. Canda tawa dan senyum lega terpancar di wajah2 peserta, semangat mereka mulai tumbuh kembali untuk mencapai destinasi di hari itu, meski di depan kami belum tahu akan ada tantangan apa lagi.

Rest Point Cikamurang

Rest Point Cikamurang

Menginjak jam 6 pagi kamipun bersiap kembali, Kota Cirebon dari titik ini masih 91 KM lagi, not bad. Perjalanan dari Cikamurang cukup lancar karena perbaikan jalan sudah tidak ada dan dengan kondisi jalan aspal dan beton yang mulus. Kami disuguhi pemandangan Gunung Ciremai dan hamparan kebun serta hutan di kanan jalan, di kiri jalan juga hamparan hutan diselingi kebun. Sungguh indah Nusantara ini ya Allah, saya tak henti2nya bersyukur melihat semua ini dan pasti semua rider menikmati hal ini.  Di sebuah SPBU rombongan berhenti, ada beberapa yan butuh refueling dan yang lain memanfaatkan untuk foto2an di pinggir jalan, bahkan sampai masuk ke pekarangan orang, ya karena pemandangan disana cukup indah. Selepas Kadipaten kami memasuki pertigaan utama dari arah Majalengka menuju Palimanan. Yess…kembali ke peradaban hahahahah…jalur tersebut biasa saja dilalui dan akirnya kami sampai di pertigaan Palimanan, Cirebon di hadapan mata dan Om Andrie request break karena masih mengantuk. Oleh Joe kamipun diarahkan di sebuah SPBU besar di pinggir kota Cirebon. Everybody take 5. Menjelang jam 9 pagi karena sudah mulai panas kamipun lanjut untuk mencari makan siang di RM Kalijaga daerah Gebang, setelah kota Cirebon, kami juga makan disini saat ke NNDR November silam, langgananya Pram ini mah, disini bisa selonjoran dan menikmati hawa sejuk persawahan. Disini Lukman menyarankan agar rombongan belok di Losari arah Cileduk lalu mengarah ke Slawi lewat jalur tengah mengingat kemungkinan Tegal macet parah (baca:trauma) hahahahah.

Uda Tedy dengan sabar nungguin yang foto2

Uda Tedy dengan sabar nungguin yang foto2

Lunch Break di Gebang

Lunch Break di Gebang

Tak lama menyusuri pantura kamipun tiba di Losari dan belok kearah Ciledug. Lumayan seger melewati jalur pedesaan, bisa mengendarai motor dengan santai dan menikmati pemandangan. Di suatu belokan ke kiri Lukman mengarahkan kami, jalan kecil memotong melalui pedesaan, anak2 kecil pun keheranan melihat rombingan kami. Disini beberapa dari kami tertinggal karena harus mengunggu rombongan di belakangnya agar tidak salah arah, maka kami yang ada di depan menunggu, dan ternyata di dekat sebuah jembatan ada bapak2 penjual es cendol. Lumayan nih panas2 ada es cendol, mirip kejadian RLL di Jatiluhur hahahahha apa ini akan jadi Jatiluhur part 2? *Cendolnya Gan*.  Sambil nunggu rider lain datang menyusul dan menikmati es cendol, tiba2 datang seorang rider lagi, bertanya kepada kami “mau ke Guci mas?”  ternyata dia adalah Lingga Oktapa, member Nusantaride dari Bandung, tanpa GPS hanya berbekal pace note yang dia buat dari info Gmaps melalui jalur tengah…mantapss…kami ajak dia gabung..hmmm jadi 16 motor nih. Setelah menikmati es cendol, foto2 di jembatan dan semua rider sudah berkumpul maka kami melanjutkan perjalanan. Jalur tengah Ciledug-Slawi. Kondisi jalan mula2 mulus lama kelamaan berubah menjadi jalan rusak, ya, rusak dengan lobang2 besar menganga (baca:potholes), perbaikan jalan, kubangan yang becek, debu yang berterbangan dan pengendara motor sekitar yang nekat. Frustasi part 2 judulnya. Slawi yang kurang lebih berjarak 50an KM jadi lama sekali dikarenakan 70% kondisi jalan jelek, capek, panas, debu dan lalu lintas yang padat. Apakah ini ujian menuju Guci?

Playlist dari Van Halen terdengar di headset helm saya, seolah memompa adrenalin dalam menembus jalur ini. Jalan jelek demi jalan jelek dilalui oleh rekan2 lain dan mereka berpencar agar lebih leluasa menembus padatnya jalan tersebut. Tak terihitung berapa kubangan lumpur kami lalui bersama sama kendaraan besar lainya. Sama seperti di Cikamurang, kondisi jalan ini sangat menuras tenaga sampai2 lengan dan telapak tangan terasa sakit dan pegal serta kaki sampai gemetar karena terus menerus harus berdiri meredam guncangan jeleknya jalan tersebut. Sampainya di sebuah bangunan pabrik kuno yang besar yang ternyata Pabrik Gula Pangka kami beristirahat. Bertanya ke penduduk sekitar ternyata ada short cut menuju Guci lewat jalan di samping PG itu, lurus aja nanti pertigaan belok ke kiri. Benar saja, kondisi jalan jauh lebih baik. Saat itu sekitar pukul 2 siang. Tiba kami ke jalur utama Tegal – Guci, setelah berbelok ke kanan jalan mulai menanjak, GPS menunjukkan 30 km lagi sampai ke koordinat yang dituju, semangat pun menyeruak kembali dan perasaan exciting menggebu nggebu mengingat akan melewati jalan tipikal pegunungan yang berkelok dengan pemandangan indah serta sudah ditunggu sahabat Nusantaride yang telah datang dari pagi. Dengan menjaga irama berkendara kamipun sangat menikmati jalur dan pemandangan menuju Guci, terbayar kontan sudah rasanya semua masalah dan rintangan di perjalanan tadi. Mengutip kata om Farid “semua akan indah pada saatnya” bener2 terasa saat itu, saya sendiri sampe bingung mau lihat pemandangan di kiri atau kanan, sambil mantau jalan dan GPS di saat yang bersamaan. Hawa sejuk mulai menyeruak ke dalam jaket kami, menggantikan hawa panas yang berdebu dan langit menunjukkan kecerahaan seolah merestui pertemuan kami dengan sahabat Nusantaride. Tiba akhirnya kami di gerbang wisata Guci, sambil menunggu Uchon dan Joe yang lagi foto2an di jalur tadi kami iuran biaya masuk, foto2 dan mengabari ke Om Jul kalo kami sudah sampai dan ternyata teman2 sudah ada di penginapan karena di tempat pertama sudah gerimis. Kami diminta menuju langsung ke penginapan tersebut. Menyusul tak lama kemudian mas Adi Cumik, mimin forum Nusantride.

Pemandangan otw Guci

Pemandangan otw Guci

We're made it !

We’re made it !

Setelah urusan adminitrasi beres kamipun masuk kawasan wisata dan langsung menuju penginapan dan tak lama, di sebuah rumah ujung tanjakan sebelah kanan saya melihat banyak orang berdiri dipagar sambil melambaikan tangan. Subhanallah, banyak bener sahabat Nusantaride yang datang dan Alhamdulillah akhirnya kamipun tiba di penginapan tepat pukul 4 sore.  Halaman penginapan yang luas cukup memudahkan menampung kurang lebih 40 motor dari berbagai jenis, dari matic sampai moge, komplit. Turun dari motor, copot helm dan glove saya langsung menuju ke sahabat2 saya yang sudah lama mengunggu kami terutama om Jul. Salam hangat saat berkenalan dan peluk erat mengungkapkan rasa persahabatan dan persaudaraan yang dalam meski sebagian dari kami baru bertemu saat itu. Sangat lega rasanya kami bisa hadir disana, bercanda tawa dan ngobrol tentang masing2 pengalaman di perjalanan menuju kesini. Setelah istirahat sejenak dan mencoba beberapa cemilan kamipun mulai berkumpul untuk sesi sharing. Dibuka oleh sang Mimin mas Adi Cumik mulai menjelaskan apa itu dan bagaimana bentuk Nusantaride kepada sahabat Nusantaride yang baru bergabung. Saya kebagian menjelaskan bagaimana awal sejarahnya terbentuk forum ini beserta action plan kedepanya agar semua sahabat Nusantaride dapat berperan serta dalam kegiatan ini. Sharing session dilanjutkan ke sesi perkenalan yang dipimpin oleh Uchon, mengingat selama ini kami berinteraksi di dunia maya dengan menggunakan nama lain. Banyak hal2 lucu di sesi perkenalan ini, saya saja baru tau kalo foto dengan action seperti lumba2 yang loncat di Pantai Sundak ternyata pelakunya mas Sigit yang duduk di sebelah saya hahahahaha.

Menjelang penginapan

Menjelang penginapan

Ngariung, melepas kangen dan bersilaturahim

Ngariung, melepas kangen dan bersilaturahim

Family Picture

Family Picture

Kok pada serius pas sharing ya ?

Kok pada serius pas sharing ya ?

Setelah lepas magrib acara sharing pun selesai dan kamipun telah mengenal sahabat kami dengan lebih dekat lagi. Acara selanjutnya adalah berendem air panas alami. Tidak semuanya ikut karena akan istirahat sebentar dan pulang ke Jakarta. Setahu saya yang pulang malam itu ada Adi Cumik, Om Andrie, Reza, Uda Tedy, Riva, Lukman dan Mas Alfian. Heh? Pada makan apa sih om kok kliatannya gak punya capek? Belum sah ke Guci kalo belum berendem kata mas Agung Rantank sang kuncen Guci *ehh. Setelah mempersiapkan peralatan mandi kamipun berangkat, sekitar pukul 7 malam dan temperatur menunjukkan di angka 16oC seperti yang tertera di indikator di motor saya. Cukup dingin memang, tak sabar ingin nyelup ke kolam air hangat alami untuk meluruhkan keringat dan debu perjalanan yang menempel sambil relaksasi semua otot dibadan. Ternyata sangat nyaman lho berendem di kolam air hangat terbuka, malem2 pulak. Apabila pemerintah setempat mempercantik lokasi dan merawatnya dengan baik bukan tidak mungkin bisa mirip pemandian air panas alami di Sapporo, Jepang, sambil berendem nyeruput Sake panas *ehhh. Setelah berendem dan kedinginan pas ke kamar ganti (*sumpe dingin buanget) saya, mas Alfian dan Duta ngeteh sambil ngemil gorengan tahu aci di deket sana, lalu makan nasi goreng rame2 pas menuju penginapan. Sesampainya di penginapan saya langsung bobok, tanpa basa basi.

Berendem cari pencerahan jalur pulang besok

Berendem cari pencerahan jalur pulang besok

Minggu, 23 Juni 2013 jam 06.00 pagi. Saya dibangunkan oleh Pram untuk foto2 dan explore kawasan wisata Guci. Cuma modal cuci mata kamipun bersiap siap dan menyiapkan motor di pagi itu. Elap sana elap sini biar sedikit kinclong mau difoto. Temperatur menunjukkan 11oC buat saya suangat dingin di pagi itu meski matahari bersinar cerah. Kamipun meluncur ke kawasan Bumijawa mencari spot yang bagus. Selanjutnya biar foto yang berbicara aja ye…

Sebuah jembatan di desa Bumijawa

Sebuah jembatan di desa Bumijawa

Keren kan ?

Keren kan ?

Tuh kan serius foto sessionya sampe pake guling2 segala

Tuh kan serius foto sessionya sampe pake guling2 segala

Penulisnya boleh dong ikutan mejeng *eh

Penulisnya boleh dong ikutan mejeng *eh

Curug di dekat bumi perkemahan Bumijawa

Curug di dekat bumi perkemahan Bumijawa

Kami kembali ke penginapan pukul 9an pagi dan segera mencari sarapan sementara temen2 Jogja bersiap pulang. Setelah melepas teman2 Jogja meluncur jam 10an pagi kami segera mandi dan bersiap2 untuk pulang juga dengan rencana mampir ke RM Sate Kambing Balibul (bayi lima bulan) untuk makan siang. Rombongan terdiri dari Joe, Pram, Uchon, saya, Bimo Reca, Duta, Fauzi, Lingga dan Sigit. Lingga memutuskan untuk bergabung dengan kami riding ke barat dan berpisah di Palimanan kearah Bandung, sedangkan Sigit akan berpisah ke belokan yg kearah Batang. Jam 11 pun kami pamit dan meluncur ke bawah, menuju RM Sate Balibul, menurut Uchon –yang direferensikan oleh koleganya- rumah makan khas ini hanya ada di Jalan Raya Tuwel yg menghubungkan Slawi ke Guci. Setelah Sigit memisahkan diri kamipun tiba di RM Sate Balibul milik H. Abdullah Ma’shum. Saat itu Pak Haji sendiri yang sedang portioning dan meracik sate kambing yang akan dibakar. Setalah semua terhidang memang enak itu sate, lembut dan kenyal, Joe sama Uchon sampe nambah sup kambingnya. Erk Lekker kata wong londo, dan cukup murah. Alhamdulillah, setelah semua hidangan sate kambing muda dan sup kambing tandas kamipun bersiap2 untuk pulang, jam 12 siang waktu itu. Jalan menurun menuju Slawi cukup mulus dan mempunyai tikungan2 yang menyenangkan untuk dilalui, tak lupa pemandangannya yang indah. Menjelang kota Slawi rombongan pun berhenti di sebuah bengkel rupanya laker roda depan Jupe nya Uchon oblak. Sambil menunggu perbaikan kami pun bisa menunaikan Sholat Dhuhur di masjid seberang bengkel sambil rebahan sebentar meluruskan badan. Perbaikan selesai pukul 2 siang dan kami langsung berangkat menuju Slawi dan Tegal, sempat terlihat petunjuk jalan menuju Semarang, trenyuh juga hati saya teringat rumah dan keluarga disana. I will be home soon baby. Tepat jam 3 sore kami sampai di kota tegal dan langsung mengarah ke barat, kondisi Pantura cukup panas saat itu, tercatat temperatur 34oC dan sinar matahari langsung mengarah ke kami. Tegal-Brebes kami lalui cukup lancar dengan cukup space untuk bermanuver menghindari beberapa jebakan betmen di tengah jalan, sang RC, Joe, cukup handal mengarahkan rombongan. Kami perhatikan jalur lawan yang mengarah ke Timur macet cukup panjang mulai dari luar Tegal. Memasuki Pejagan kerusakan jalan semakin menjadi, tidak ada pilhan lain untuk berjalan pelan disana.

Enih te ka pe nya

Enih te ka pe nya

H Abdullah Ma'shum sedang meracik satenya

H Abdullah Ma’shum sedang meracik satenya

This is it ! Sate, sup kambing beserta kondimennya

This is it ! Sate, sup kambing beserta kondimennya

Selamat makann !!!

Selamat makann !!!

Alun2 Brebes terlewati, teringat saya suka berhenti disini kalau sedang mengarah ke Jakarta di malam hari, karena ramai dan penuh jajanan kaki lima, sungguh hidup suasananya dan saya senang mengamati denyut kehidupan lokal dengan banyak keragaman budayanya. Setelah Brebes, Losari pun juga terlewati, di pertigaan yang mengarah ke Cileduk yang kami lalui kemarin saya dan Uchon pun melambaikan tangan, Guci semoga saya bisa kesana lagi. Perbatasan Jawa Barat saya pun kembali melambaikan tangan, entah mengapa setiap melakukan perjalanan saya selalu merasa sentimentil terhadap jalan dan tempat yang pernah saya lalui. Selepas jalur Losari-Tanjung yang monoton kami pun berhenti di sebuah toserba lokal untuk istirahat karena panas yang menerpa sepanjang perjalanan. Cemilan dan air putih pun kami konsumsi sambil ngobrol dan bercanda ketika seseorang datang menghampiri kami dan langsung mengajak berkenalan. “Opik” sebutnya memperkenalkan diri ke satu persatu dari kami, dia dari Black Motor Community yang berdomisili di Brebes, sambil ngobrol2 Opik mengundang kami untuk mampir ke tempat kopdar mereka apabila salah satu dari kami melewati Alun2 Brebes di malam minggu, kebetulan timpal saya, saya suka jalan malem kalo ke Semarang atau sebaliknya, mudah2an waktunya pas dan Allah mengijinkan bisa silaturahmi dengan Opik dan kawan2. Pada saat kami bersiap siap pulang Opik tiba2 masuk ke toko dan membawakan kami sekantong plastik jajanan. “Untuk cemilan di jalan pas istirahat om” katanya. Seketika itu kami gak bisa ngomong demi melihat dan merasakan ketulusan dan kebaikan Opik. Padahal sebelumnya saat kami bertukar nomer HP dan minta dia add account FB kita dia bilang belum beli pulsa karena duitnya mepet. Sungguh saat itu saya malu karena kadang saya khilaf tidak bisa sebaik dan setulus itu di kehidupan sehari hari terhadap orang yang baru saya kenal dan saya temui. Sebuah kearifan lokal yang jarang ditemui di kota2 besar.

Dengan Opik, Brebes Black Community

Dengan Opik, Brebes Black Community

Cirebon, Jalan Tuparev

Cirebon, Jalan Tuparev

Perjalanan kami lanjutkan dan merencanakan untuk Ishoma di sekitaran Cirebon. Kondisi jalan cukup lancar dan lengang sampai kami masuk di Jalan Tuparev Cirebon. Menjelang magrib kami sampai di depan Cirebon Square dan berhenti untuk menanyakan tempat makan dan istirahat yang representatif ke rekan saya Aji Pinky. Olehnya disarankan ke RM Ayam Bakar Alas Demang, sebelum pertigaan Palimanan dan tepat waktu magrib kami tiba disana. Tempat makan lesehan yang nyaman, kamar mandi yang bersih dan tempat ibadah yg bagus membuat kami sedikit berlama lama disini. Terbersit kekhawatiran kemacetan hebat di hadapan kami tapi tepis jauh2, que sera-sera lah batin saya. Setelah makan2 selesai, ngobrol2 pun dilanjut dengan cerita pengalaman2 mistis dan pengalaman perjalanan kami masing2, canda tawa diantara kita tetapi Lingga malah diem aja seperti mikir. “Wah entar ane jalan sendirian om ke Bandung, ceritanya malah serem2 hahahahha” timpalnya…..Setengah 8 malam kami meluncur kembali dan berhenti untuk melepas Lingga kearah Bandung. Till we ride again mate !

Dinner break & Ishoma

Dinner break & Ishoma

Makan lagiiii...*ehh

Makan lagiiii…*ehh

This is it, the hardest ride from Indramayu – Cikampek. Kami sudah menyiapkan mental menghadapi kemacetan yang buruk sekalipun di jalur ini. Menjelang Losarang udah mulai macet, tapi masih lancar karena bisa ditembus dengan mudah dan sesudahnya kita dapat jalan dengan kondisi relatif mulus. Oiya, disini bergabung kembali Lukman setelah pulang dari Kuningan. Menjelang Kandanghaur macetpun mengular, tapi anehnya kami bisa lalui dengan baik dan membuat sedikit lega. Tetapi ujian belum berakir kawan, setelah melewati jalan dengan kondisi aspal yang digaruk yang membuat handling motor ngegeol kesana kemari kamipun disuguhi pemandangan macet yang luar biasa, Kandanghaur mah lewat jauh kondisinya. Susah sekali kami terabas karena mobil2 lain ikut mengambil jalur tanah di bahu jalan sehingga ikut membuat macet kami, ditambah kondisi yang sangat sangat berdebu membuat saya tidak berani membuka helm lama2 karena takut sesak nafas. Dua jam kami melewati kondisi macet yang luar biasa ini yang membuat kondisi fisik langsung melorot drastis. Setelah menemukan SPBU di Lohbener kamipun langsung beristirahat untuk menghela nafas dan memeriksa kondisi motor karena telah melewati kondisi jalan yang jelek luar biasa. Disini juga kami berkenalan dengan komunitas RX King dari Jakarta. Sebenarnya tidak terhitung berapa kali kami berhenti karena kelelahan yang disebabkan kemacetan dan ngantuk. Menjelang fly over di Pamanukan motor Fauzi mengalami trouble kelistrikan yang menyebabkan injektornya mbrebet. Saat itu Pram, saya dan Lukman sudah di depan, via bbm Uchon mengabarkan untuk jalan duluan karena tujuan kami lebih jauh. Terbagilah menjadi 2 kloter, dibelakang ada Uchon, Fauzi, Duta dan Bimo Nugroho. Selepas lingkar luar Cikarang tiba2 Pram mendadak belok ke SPBU, perasaan udah ngisi bensin deh dia ehh gak taunya mau rebahan, “ngantuk banget dah” katanya. Ketika saya dan Lukman nungguin Pram bobok, lewatlah dengan kencang kloter kedua, cerita punya cerita mereka berusaha mengejar kami dengan harapan bisa ketemu di Bekasi.  Perjalanan dilanjutkan menuju Tangerang dan Lukman berpisah di Bekasi. Tinggal berdua saya riding dengan Pram dengan kondisi yang mengantuk pada pukul sekitar jam setengah 4 subuh dan di hari senin, dimana kita harus langsung ngantor hahahahahahaha. Alhamdulillah setelah berjuang keras melawan ngantuk yang luar biasa saya bisa tiba di BSD jam 04.30 dan Pram tiba di Cikupa pukul 05.00, teman2 lain tiba sekitar pukul 4 subuh setelah itu kami saling update info melalui grup BB. Bisa kebayangkan dari tegal jam 3 sore sampe rumah jam 5 subuh? Hamdalah. It’s a wrap.

Trouble menjelang Cikarang

Trouble menjelang Cikarang

Alhamdulillah perjalanan dan petualangan kali ini bisa berlangsung dengan Zero Accident meskipun kondisi jalan yang sangat tidak bersahabat dengan pengendara roda 2. Sungguh suatu kebahagian yang sangat besar bisa bertemu sahabat2 Nusantaride dari Jateng, DIY dan Jatim dengan jumlah yang cukup banyak serta bisa memanjangkan silaturahim, semoga kami diberikan kesempatan, umur panjang dan rezeki untuk bisa bertemu lagi dengan sahabat sekalian. Terima kasih kepada Allah SWT atas perlindungan selama perjalanan dan cuaca yang sangat bersahabat, teman2 seperjalanan Nusantaride Pram, Uchon, Fauzi, Bimo Nugroho, Duta, Om Andrie, Riva, Om Farid, Uda Tedi, mas Herri, Joe, Lukman, Lingga, Sigit, Agung Rantank dan semua sahabat Nusantaride yang telah berjabat tangan dengan kami di venue, mohon maaf bila kami tidak ingat dengan nama sahabat satu persatu, tetapi apabila kita bertemu kembali di salah satu tempat di Nusantara ini kita pasti bisa saling mengenali, karena kita mempunyai rumah dan keluarga yang sama yaitu Nusantaride. Sampai ketemu lagi kawan.

 

There’s always an element of surprise and warm friendship in every adventure, Nusantaride June 2013

 

 

 

 

 

Riding Impression TVS Apache RTR 180 Sap7aranu Nusantaride Edition

9 Apr

Pada saat pelaksanaan Parjo, Pasar Jongkok Otomotif 6-7 April 2013 saya berkesempatan mencoba motor yang akan digunakan oleh Team Sap7aranu (baca: Saptaranu) yang akan digunakan mengeksplorasi 7 danau di pulau Sumatra selama 50 hari dengan total jarak 8000 KM. Tulisan ini akan mengulas sebatas riding impression saja dan tidak mengulas detail secara teknis, yang ringan ringan saja yah hehehe.

Saya datang setelah acara press conference Team Sap7ranu selesai, ngobrol dengan team member yang terdiri dari Pak Reza Patunru yang akrab dipanggil Pak Ija sebagai team leader, Andry Berlianto, Pak Andre dan Rere. Saya mengamati 2 motor TVS Apache RTR 180 yang akan digunakan dalam ekspedisi tersebut. Modifikasi fungsional yang telah dipasang adalah windscreen dari Geba Bandung, yang berfungsi mengarahkan angin ke atas kepala dan kesamping sehingga mengurangi tekanan angin di muka helm, dada, bahu dan lengan atas lalu pannier alumunium produk 7Gear sebagai bagasi tambahan, spoke wheel dan ban dual purpose yang cukup handal untuk melintas jalur offroad. Cukup surprise juga melihat Apache yang sudah di dress up sehingga terlihat gagah, melebihi ekspektasi saya sebelumnya

Tuh motornya, gagah kan :D

Tuh motornya, gagah kan 😀

Ada dua unit motor TVS Apache RTR 180 Sap7aranu Nusantaride Edition yang dipajang yaitu kepunyaan Pak Ija dan Andry. Perbedaanya di motor Pak Ija menggunakan handle bar Tiger Revo yang lumayan tinggi dan kepunyaan Andry seperti foto diatas menggunakan handle bar YT yang lebar. Sambil ngobrol iseng saya tanya ke Pak Ija apakah diberbolehkan untuk mencoba motornya dan beliau dengan antusias menjawab “woohh..silahkan mas!” Hahayy…kesempatan pertama yang nyoba sih temen saya Pey, saya amati saat teman saya yang mengendarai sepertinya ini motor mempunyai torsi yang cukup galak karena dibejek bejek gasnya nurut aja dan nyaman dibawa meliak liuk mengitari cone slalom.

Mejeng dulu sebelum ngegas

Mejeng dulu sebelum ngegas

Tiba giliran saya, kesan pertama saat duduk di jok motor tersebut adalah rebound suspensinya yang cukup lembut, baik untuk depan dan belakang. Apakah tipikal motor produk India seperti ini ya ? saya pernah mencoba motor Pulsar 220 milik rekan saya, baik TVS dan Pulsar saat itu menggunakan pannier dalam keadaan fully load dan memang, rebound suspensinya sangat lembut. Ini sangat berguna saat melewati jalan gravel atau offroad ringan tetapi pada saat melibas jalan mulus terutama pada saat cornering terbersit kekhawatiran rebound yang berlebihan terutama pada shock depan sehingga ada efek mengayun. OK, ngetes suspensi udah, menakar bobotnya sudah dan saatnya menyalakan mesin, serta mempelajari console panel. Saya sempat sedikit kagok karena motor pak Ija menggunakan handle bar tinggi sementara saya terbiasa dengan handle bar yang lebar. Raungan mesin terdengar halus sekali tetapi pada saat handle kopling dilepas terasa sekali limpahan torsinya, TVS sangat bermurah hati mengumbar torsi di motor ini, meski cuma berkapasitas 180 cc, beda sekali dengan Honda Tiger 2000 saya yang saya gunakan sehari hari. Ini sangat berguna untuk menghadapi tanjakan dan jalan offroad, tidak perlu memelintir selongsong gas terlalu dalam motor udah ngacir.

Sesaat setelah jalan perlahan menyesuaiakan handling dan rem maka saya mencoba meliuk slalom diantara cone yang disiapkan. Meski sudah menggunakan pannier tidak terasa berat dan liar handle bar saat dibelokkan mengikuti cone slalom, motor pun dengan nurutnya mengikuti arah kemudi, sangat nyaman dan mudah dikendarai. Kemudian saya mencoba mengendarai motor dengan berdiri, bukan berakrobat maksudnya, tetapi teknik enduro riding seperti ini diperlukan saat melibas jalan yang tidak rata sehingga getaran ataupun guncangan motor diredam oleh kaki dan tangan serta menambah keseimbangan dan menjaga organ keseimbangan kita tidak dipengaruhi oleh guncangan motor. Jarak dan sudut lengan terhadap handle bar serta posisi kaki pada saat berdiri cukup nyaman dan tetap bisa mengendalikan handle bar, rem depan dan belakang, kopling serta pemindahan persneling bisa dilakukan dengan nyaman pada posisi berdiri ini.

Pada saat melewati trek slalom dengan posisi berdiri terasa mudahnya dengan posisi duduk di jok mengendarai motor ini, saya sama sekali tidak kagok melakukan slalom dengan berdiri di motor. Cukup menggunakan gear 1 dengan buka tutup gas sesuai irama belokan di cone dan koreksi kecepatan dengan lembut menggunakan rem belakang. Perfect. Bisa dibayangkan saat bermanuver di medan offroad motor ini akan sangat mudah dikendalikan, cuma butuh sedikit pembiasaan saja maka motor ini terasa sangat jinak. Kebetulan di sebelah trek test ride ada hamparan tanah dengan rumput yang dibatasi oleh semacam pembatas paving. Mumpung sepi motor saya naikkan kesana. Dengan posisi gear 1 berjalan perlahan masih di posisi berdiri motor terasa sangat stabil, sedikit sentakan gas, hup ! maka motor udah naik dengan mudahnya. Diatas medan tanah berumput itu saya sedikit buka gas dan benar, suspensi lembutnya dengan sempurna meredam kountur tanah yang tidak rata, kembali saya melakukan sedikit hard braking depan belakang maka motor berdeselerasi dengan sempurna dan kembali turun ke aspal. Sangat menyenangkan mengendarai motor ini. Oiya, peranti rem sudah di upgrade menggunakan part Yamaha Scorpio beserta tromolnya.

Posisi berdiri yang nyaman saat slalom

Posisi berdiri yang nyaman saat slalom

Tinggal satu test yang saya lakukan yaitu berbelok tajam masih dengan posisi berdiri, dan memang bisa dilalui dengan mudahnya dengan menggunakan motor ini. Well, overall motor ini sangat user friendly meskipun sudah diberi beban tambahan berupa pannier dan isinya, dikombinasi dengan torsi berlimpah maka saya merasa seperti anak2 yang barusan mendapat mainan barunya. A lot of fun to ride. Tinggal dibuktikan endurance/ketahanan mesinnya saja saat benar benar menjelajahi 8000 km dengan berbagai kondisi jalan.

Berbelok dengan mudahnya

Berbelok dengan mudahnya

Suatu keputusan yang tepat Team Sap7aranu Nusantaride memilih TVS Apache RTR 180 ini dan saya rasa juga pihak TVS juga pas mendapat partner Sap7aranu Nusantaride dalam mencoba ketangguhan motor ini. Sukses untuk TVS dan Sap7aranu Nusantaride dalam menjalankan misinya nanti untuk mengenalkan potensi di Sumatra secara lebih mendalam dan menunjukkan ke masyarakat bahwa alam Indonesia itu luar biasa indah. Terima kasih juga untuk para sponsor yang memungkinkan ekspedisi ini dapat terlaksana dengan baik.

Sebagai catatan :
Kondisi test ride dilakukan di lintasan tertutup tanpa ada gangguan lalu lintas kendaraan lain. Karena saya tidak menggunakan perlengkapan keselamatan berkendara saat sesi test ride, mohon jangan ditiru riding dengan cara seperti ini di jalan raya, sangat sangat berbahaya.