
istirahat..breath taking view
Sebenarnya banyak spot yang menarik untuk dikunjungi di sekitar kota tempat kita tinggal. Kendal contohnya, kota kecil sebelah barat Semarang punya beberapa spot yang menarik, salah satunya Bendungan Juwero. Info tentang bendungan kecil ini datang dari kolega istri saya di kantor. Merasa tertarik saya pun minta digambarkan petanya. Lama perjalanan kurang lebih 1 jam dari kota Semarang. Beberapa rekan pun tertarik untuk ikut serta. Rutenya dari Semarang ke arah kota Kendal, sebelum masuk kota ada belokan kiri arah ke Cepiring. Tak jauh dari situ ada perempatan, kita ambil ke arah ke arah Pegandon. Dari pasar Pegandon tinggal ambil lurus saja. Kondisi jalan yang dilalui pun beragam, dari jalan mulus, aspal kasar, tanah berbatu-batu…lumayan untuk melatih skill berkendara.
Kita sepakat berangkat minggu pagi (27/9/09), perjalanan dilalui sesuai dengan peta yang sudah disiapkan. Setelah melewati pasar Pegandon sempet nyasar juga siy…kita terus ngikutin jalan gedenya..cukup jauh juga…setelah bertanya ke penduduk setempat ternyata kita harus lewat jalan kecil, keluar dari jalan besar…Yipppiieee !! the adventure is begin ! benar saja..setelah jalan kecil dari aspal rusak tesebut habis dan berganti menjadi jalan tanah, rumah penduduk pun makin jarang. Satu persatu kami melewati jalan tersebut dengan hati2..jalan tanah naik turun dengan semak belukar di kiri kanan mengiringi perjalanan kita. Tak lama kemudian di kejauhan sudah terlihat bendungan Juwero. Wowww..lumayan menarik, di tempat terpencil seperti ini ada bendungan pengendali pengairan yg lumayan besar. Sisi kanan dan kiri bendungan dihubungkan oleh jembatan gantung dari baja dan kayu untuk menghubungkan desa di seberang sungai. Jembatan ini hanya bisa dilewati orang dan sebuah motor karena ukurannya yang sempit.

jalan di pedesaan

bendungan dari jauh

survey jembatan
Bendungan tersebut dicapai setelah 1 jam berkendara, jadi kami belum terlalu capai. Sambil istirahat, kami pun mulai mengambil foto di sekitar bendungan serta sarapan roti bekal dari Semarang. Saya pun mencoba mensurvey jembatan gantung tersebut. Lantai jembatan terbuat dari kayu dengan kerangka besi baja dan ditopang oleh kabel baja. Meskipun kokoh, tapi ketika ada motor lewat jembatan ini lumayan mengayun..hmmm..this could be interesting. Dari atas bendungan terlihan bantaran sungai Bodri dengan beberapa penambang pasir sedang beraktifitas. Terlihat pula jalan setapak yang menghubungkan sisi jalan sampai ke pinggir sungai. Hmmm….asik juga niy kalo turun ke bawah. Setelah mengira ira jalan setapak di bawah sungai bersama rekan2, kami pun bersiap menyebrangi jembatan satu persatu. Ajik dan Kaisar mulanya tampak ragu..kuat gak ya niy jembatan ? halahhhh……emang mo lewat mana lagi ? wong jembatan ini satu2nya jalan ke seberang kok. Istri saya stand by di tengah jembatan untuk memotret kami *adver narsis.com* Setelah semua siap kami pun melintas satu persatu…jembatan mulai bergoyang dan lantai kayu yang tidak rata menambah tantangan hari itu ahhahahahaha…..ketika hendak melintaspun kami bergantian dengan motor2 penduduk desa.

happy face

jembatan ayun lebih tepat kayaknya niy 😀

gantian jalannya...
Ok..setelah dirasa cukup kami melanjutkan mencari jalan setapak yang menuju pinggiran sungai seperti yang kami lihat dari atas bendungan tadi. Ajik berada di depan untuk survey, ketika ada belokan jalan setapak kami pun belok setelah sebelumnya bertanya ke penduduk sekitar…ternyata jalannya salah sodara sodara :D…kami pun harus memutar lagi. Lumayan susah juga untuk memutar di jalan setapak, ada boncenger pulak hehehhhe…kami pun mencoba lagi untuk berbalik dan setelah ketemu jalan semula kami berbalik arah…lalu ada jalan setapak lagi dan kami memutuskan untuk mengikuti jalan tersebut. Ternyata benar, jalan ini mengarah ke pinggir sungai, meskipun jalanya agak berliku, woww..offroad ringan pun dimulai. Kondisi jalan setapak berupa tanah dan beberapa bagian jalan merupakan berbatu cukup menyulitkan pengendalian. Sampailah kami di pinggir sungai Bodri, terlihat beberapa penambang pasir sedang beraktifitas. Mereka mengumpulkan pasir yang diambil dari dasar sungai, kemudian dikumpulkan di sisi sungai dengan dibentuk mirip stupa2 candi Borobudur. Ternyata itu merupakan satuan jumlah pasir yang digunakan apabila ada pengepul pasir yang membeli. Setelah puas berpoto ria kamipun naik kembali ke jalan besar, mencari tempat berteduh disana, jalan tanah dan berbatu kita lalui kembali…lumayan membuat tangan pegel karena kami menggunakan motor jalan raya biasa. Setelah menemukan tempat teduh kami beristirahat. ya..pagi itu panas sekali, saya yang menggunakan vest karena menhindari panas malah kepanasan tangannya..alhasil belang2 kayak tapir 😛

gersang

debu...

stupa2 pasir dan bendungan di kejauhan

small waterfall

Alun2 Sukorejo
Setelah isitirahat dan mendiskusikan rute, diputuskan perjalanan menuju Weleri, lalu naik ke selatan arah kota Sukorejo untuk makan siang disana. Perjalanan etape ini terasa membosankan dan ngantuk, karena jalannya lurus2 dowang. Sampai kota Weleri kami berbelok kiri mengambil arah Sukorejo, di jalur ini mau gak mau kita harus membuka mata lebar2 dan konsentrasi karena jalanan menanjak, berkelok, sempit serta menghindari/mengantisipasi pengendara2 lain yang ngawur. Jalan berkelok ini sungguh mengasikkan kalo dalam kondisi sepi karena bisa rebah2 ahahahahhahaha…kondisi berkata lain, padatnya jalanan memaksa kami untuk defensive. Tak lama kemudian kami sampai di alun2 Kota Sukorejo, disini kami mencari makan siang. Hmmm..nemu soto ayam dan sate kerang niy. Warung ini dulu merupakan salah satu tempat makan rekan2 dari Depok ketika hendak menuju Dieng di bulan Desember 2007. Sambil makan siang kami mengamati situasi kota itu. Kondisi jalan cukup rami oleh pemudik serta penduduk yang hilir mudik. Maklum, kota Sukorejo merupakan titik tengah jalur Pantura ke arah selatan, tembus di Parakan. Kondisi lalu lintas cukup memprihantinkan, penduduk lalu lalang menggunakan R2 tanpa helm padahal ada pos polisi di dekat jalan tersebut.
Heading home. Direncanakan melewati jalur alternatif dari jalan raya Sukorejo-Ngadirejo belok kiri ke arah obyek wisata Curug Sewu dan Plantera lalu terus ke arah Boja – Semarang. Jalur ini cukup sepi dengan kondisi jalan yang bergelombang. Rencana awal akan mampir ke Curug Sewu tetapi dibatalkan karena obyek wisata tersebut sangat ramai. Jalan berkelok naik dan turun membuat lelah, ketika hendak memasuki Boja kami pun beristirahat di pinggir perkebunan karet, sejuk dan teduh membuat betah kami berlama lama disini sambil berfoto2 (tentunya). Sambil menunggu rekan2 beristirahat saya pun tertarik menjelajah pedalaman kebun karet tersebut. Jalan setapak dari tanah dan keteduhan kebun terasa sangat mengasikkan. Perjalanan dilanjutkkan dan tak lama kami pun sudah sampai dirumah. So ? mau ber adventure ? coba cari tempat2 menarik di sekitar kita tinggal, g usah jauh2. Good luck!

Ajik in action, sempet kuatir kalo dia lewat jembatan gantung..:P

sama seperti ladang sawah di Ubud...

boring....

Kebun Plantera

Tri mas kentir...

prikitteewwwwwwwwwwwww..........

di kebun karet